Jumat, 12 Juni 2009

Aduh... dituduh "tak berbudaya"

Sore itu, seperti biasa, saya pulang dari kantor sudah mendekati magrib. juga seperti biasa, jalanan Kota Padang ramai di jam-jam seperti itu. Saya mengendarai motor dengan kecepatan sedang, 40 Km/jam. Perjalanan pulang dari kantor menuju rumah memang selalu saya nikmati. Suasana dan udara sore yang teduh membuat penat selepas bekerja seharianpun sedikit terpulihkan karenanya.

Saya suka merubah-rubah rute perjalanan pulang. Tujuannya supaya tidak jenuh saja. Terkadang saya sengaja menempuh rute yang lebih jauh. Nah, ketika itu, saya pulang melewati rute yang melewati sebuah pertigaan yang biasanya selalu ramai dan tak jarang macet. Di pertigaan itu sebenarnya ada lampu lalu lintas. Tapi, entah kenapa, berbeda dengan lampu-lampu lalu-lintas di pertigaan atau perempatan lain, lampu lalu lintas di pertigaan itu jarang sekali dipatuhi oleh pengguna jalan, terutama oleh pengendara angkot dan sepeda motor. Sign merah, kuning, hijau, tak ada bedanya. Kendaraan selalu menerobos dan saling berebut masuk dan tidak mau mengalah.. Kadang terjadi crowded yang parah di sana karena perilaku tidak disiplin pengguna jalan.

Seperti kejadian saat itu. Ketika saya akan lewat di pertigaan itu, kondisi sangat semrawut. Pejalan kaki menyebrang jalan sembarangan. Angkot, berebut penumpang di sekitar pertigaan. Kadang saat menaikkan maupun menurunkan penumpang si supir angkot tanpa merasa bersalah berhenti seenaknya saat posisi angkotnya masih di tengah badan jalan . Ada juga pengendara motor yang berkendara berlawanan arah. Barangkali dengan alasan tanggung mau menyeberang, jadi mereka berkendara dilajur jalan sebelah kanan.. Sebuah mobil, dengan nomor polisi luar Sumatera Barat, tiba-tiba berhenti, karena saat itu lampu lalu lintas memang sedang merah. Agaknya mobil itu bermaksud mematuhi sign harus berhenti itu. Beberapa mobil yang berada di belakangnya kemudian terus-terusan menglakson. Namun, mobil itu tetap tak bergerak. Merasa terhalang untuk terus jalan, mobil-mobil itu terus membunyikan klakson dengan irama nada tidak sabar, meminta mobil yang berhenti itu untuk jalan.

Kesal dengan suara klakson yang memekakkan, pengendara mobil yang berhenti itu keluar dari mobilnya. Perawakannya memang ideal. Berumur sekitar 40-an. Ia membanting pintu mobilnya, kemudian berjalan ke arah mobil-mobil yang terus-terusan menglakson tadi. Saya berada disamping mobil-mobi itu. Sejenak setelah itu, dengan marah ia memuntahkan umpatan dalam Bahasa Indonesia, "kalian tidak lihat lampu lagi merah!?", "apa kalian tidak tahu tatakrama di jalan raya!?", "dasar tak berbudaya!? kemudian ia kitari para pengendara disekitar itu dengan tatapan mata kesal. Ia tunggu reaksi orang-orang itu. Tapi tidak ada yang bereaksi. Semua diam, termasuk saya. Sign hijau sudah nyala. Jalanan jadi macet. Karena tidak terlihat ada yang bereaksi, ia kembali masuk ke mobilnya, dan berlalu.

Entah apa yang ada di benak orang-orang (termasuk saya) yang dimaki-maki itu. Entah merasa lucu, karena menganggap aneh ada orang yang marah-marah karena persoalan sepele yang setiap saat memang terjadi dipertigaan itu? Atau kesal dalam hati karena sudah dimaki-maki tapi tidak berani "melawan", karena khawatir kalau-kalau yang memaki itu "urang bagak"? Atau memang sama sekali masa bodoh? Entahlah.. Yang pasti saya kesal juga termasuk yang dituding tidak berbudaya! Karena saya memang tak hendak ikut-ikutan mau menerobos lampu merah saat itu. Dan saya juga tidak ikut-ikutan menglakson.

Begitulah. Keesokan harinya, saya menceritakan pengalaman itu kepada teman-teman dikantor. Salah seorang teman menimpali, " betul itu, seumur-umur saya mengemudi, baru disinilah saya sering ngedumel saat nyetir karena perilaku pengendara-pengendara lain di jalan raya yang bikin kesal". Busyet.... Apa betul sudah terlalu "barbar" jalan raya di Kota kita ini??

Tidak ada komentar: