Sabtu, 29 November 2008

100 Tahun Kebangkitan Nasional, Indonesia Tanam 100 Juta Pohon


Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi meresmikan kegiatan Aksi Penanaman Serentak 100 Juta Pohon di Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Barat Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut di Teluk Bayur Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Jumat 28 November 2008. Kegiatan ini merupakan awal dari rangkaian kegiatan HARI MENANAM POHON INDONESIA DAN BULAN MENANAM NASIONAL. Tema yang diangkat tahun ini adalah: “Penanaman Serentak 100 Juta Pohon dalam Rangka Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional”, dan Sub Tema “Wujudkan Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera, Indonesia Bisa”.

Kegiatan ini merupakan aksi nyata sebagai tindak lanjut atas telah diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 tentang Penetapan tanggal 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia dan bulan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional. Dengan terbitnya Keppres ini, diharapkan kegiatan menanam bisa menjadi kegiatan yang berkesinambungan di seluruh Indonesia.

Acara pencanangan untuk tingkat Provinsi Sumatera Barat ini diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, baik unsur Muspida, DPRD, swasta, pelajar, LSM, dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Pada acara tersebut, Gamawan Fauzi membacakan sambutan Menteri Kehutanan RI. Dalam sambutannya Menteri Kehutanan antara lain menyampaikan:

Bahwa makna yang terkandung dalam terbitnya Keppres Nomor 24 Tahun 2008 adalah, untuk pertama kali kita memiliki hari/waktu dimana seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada menanam pohon secara serentak. Terbitnya Keppres tersebut juga merupakan suatu momentum dimana Pimpinan Nasional mengajak seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada untuk secara sadar mau melaksanakan kegiatan menanam dan memelihara pohon, yang diharapkan dengan kegiatan tersebut memberi sumbangan terhadap pemulihan kerusakan sumberdaya hutan, sekaligus juga membangun budaya sadar menanam sebagai sikap hidup Bangsa Indonesia.

Hal ini menjadi sangat penting mengingat kondisi hutan dan lahan kita saat ini. Disekitar tempat kita berada masih banyak hutan yang kritis, bukit-bukit yang gundul, lahan kosong yang tidak terurus dan tidak jelas pemiliknya, lahan tegal dan pekarangan terbuka, jalan yang gersang, perkantoran, tempat publik dan tempat ibadah yang belum memiliki ruang hijau yang memadai. Dengan didorong semangat Kebangkitan Nasional Menhut mengajak kita semua segera memperbaiki keadaan tersebut dengan sungguh-sungguh. Apabila upaya rehabilitasi terhadap lokasi-lokasi tersebut tidak segera dilakukan, maka yang terjadi kita akan menuai bencana dikemudian hari. Berbagai bencana karena kerusakan hutan dan lahan sebenarnya telah kita rasakan dibeberapa wilayah Indonesia, seperti terjadinya banjir dan tanah longsor dibeberapa daerah yang menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan korban jiwa. Selain itu kita juga menghadapi ancaman bencana kekeringan di musim kemarau.

Tidak ada cara lain untuk mencegah bencana alam tersebut, kecuali dengan sungguh-sungguh kita melaksanakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada lahan kritis secara berkesinambungan, baik melalui proyek pemerintah maupun oleh partisipasi seluruh masyarakat. Apabila kita tidak melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan berhasil, maka kita akan dituding sebagai perusak sumber daya alam hutan oleh generasi berikutnya. Demikian Menhut.

Menhut juga mengingatkan kembali beberapa hal yang perlu dilakukan oleh semua pihak dalam pelaksanaan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional, sebagai berikut:

Pertama: Kepada para pemimpin daerah mulai dari Lurah, Camat, Bupati/Walikota, Gubernur beserta jajarannya diminta agar kegiatan menanam pohon benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan terus dimonitor keberhasilannya dan melaporkan kepada Departemen Kehutanan.

Kedua: Kepada seluruh BUMN/BUMS untuk berpartisipasi dalam kegiatan menanam pohon baik di lingkungan masing-masing dan dapat memfasilitasi masyarakat untuk menanam pohon.

Ketiga: Kepada seluruh pihak yang telah melaksanakan penanaman di seluruh tanah air, diminta untuk dipelihara, dijaga, dan dipantau dari gangguan, baik hama tanaman, ternak, kebakaran, dan lain sebagainya, agar usaha kita dalam memulihkan kerusakan lingkungan dapat berhasil.

Keempat: Kegiatan menanam pohon tidak berhenti hanya pada acara tanggal 28 November, namun dilanjutkan pada bulan berikutnya, terutama bulan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional, serta bulan-bulan berikutnya sesuai dengan kesesuaian musim hujan.

Diakhir acara, Gubernur dan Istri melakukan penanaman pohon secara simbolis, diikuti oleh pimpinan berbagai lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang ada di Kota Padang, antara lain Ketua DPRD Sumbar, Wali Kota Padang, Komandan Lantamal, kemudian dilanjutkan oleh massa peserta upacara lainnya menanam berbagai jenis pohon.

Pada hari yang sama, kegiatan pencanangan juga berlangsung di seluruh Indonesia. Di Sumatera Barat, sebanyak 15 Kabupaten/Kota melaksanakan pencanangan pada hari yang sama dipimpin oleh Bupati/Walikota atau unsur pimpinan daerah masing-masing. Sedangkan tiga daerah, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kota Payakumbuh direncanakan melaksanakan pencanangan pada hari Senin 1 Desember 2008. Tentunya kegiatan menanam ini bukan hanya kegiatan pencanangan dan seremonial belaka. Pada hari-hari berikutnya, terutama pada Bulan Desember yang merupakan Bulan Menanam Nasional, berbagai elemen masyarakat secara swadaya akan melaksanakan penanaman masal dilokasi-lokasi yang telah ditetapkan sendiri oleh masyarakat secara partisipatif.

Kegiatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional wilayah Sumatera Barat, untuk tahun 2008 ini, ditandai dengan antusiasme yang tinggi dari berbagai elemen masyarakat. Konsep penanaman secara swadaya yang dicanangkan pemerintah mendapat respon yang besar dari masyarakat Sumatera Barat. Ini terbukti dari permintaan bibit tanaman dari berbagai elemen masyarakat di kabupaten/kota se Sumatera Barat ke Departemen Kehutanan yang mencapai jumlah 4 Juta batang bibit. Padahal kemampuan Departemen Kehutanan untuk memenuhi kebutuhan bibit untuk Sumatera Barat pada kegiatan tahun 2008 ini hanya sejumlah kurang lebih 1,8 juta batang bibit.

“Ini suatu gejala yang menggembirakan”, ujar Ir. Djonli, MF, Kepala Balai Pengeloaan Daerah Aliran Sungai Agam Kuantan (BPDAS AK). BPDAS AK adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan yang bertanggung jawab dalam penyediaan bibit tanaman untuk kegiatan penanaman serentak ini. Lebih lanjut menurut Djonli, “jumlah pemintaan bibit dari masyarakat yang jauh melebihi kemampuan Dephut menyediakan bibit ini, menunjukkan bahwa masyarakat Sumatera Barat telah sadar dan mau menanam”. “Mudah-mudahan kesadaran menanam ini terus berlanjut, dan tentunya kita berharap agar kesadaran menanam tersebut juga diikuti dengan kesadaran untuk memelihara tanaman yang telah ditanam”.

Masih menurut Djonli, “Kunci keberhasilan kegiatan penghijauan lingkungan maupun kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan lainnya, sehingga berimplikasi positif pada upaya perbaikan lingkungan, memang terletak pada kesadaran masayarakat”. Sebab kegiatan tersebut memang seharusnya menjadi tanggungjawab bersama seluruh unsur masyarakat”. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh semua pihak. “Peran pemerintah harusnya hanya sebagai fasilitator dan regulator saja”, ujarnya. “Mudah-mudahan untuk tahun-tahun berikutnya, selain sadar untuk melakukan kegiatan penanaman swadaya, diharapkan masyarakat juga mau berswadaya dalam penyediaan bibit tanamann yang akan ditanam”. “ Dengan demikian jumlah bibit yang akan ditanam jumlahnya bisa jauh lebih besar ketimbang hanya mengharapkan bibit yang disediakan Departemen Kehutanan”, demikian pungkas Djonli.

Tidak ada komentar: