Kamis, 02 Juli 2009

Jangan sampai jadi kenyataan....... (Sebuah Imaji)

Aku tersentak dari tidur. Tidur yang tidak pernah nyaman, karena udara yang gerah. Aku bangkit dari pembaringan, beranjak Sholat Shubuh. Dalam doa seusai Sholat, seperti doa-doa yang selalu ku ucapkan tiap hari, aku kembali memohon padaNya, "kembalikan bumi Mu ini seperti dulu" "Seperti masa kecilku dulu".. Aku rasa do'a ku itu juga adalah do'a semua manusia seumuran aku, di zaman ini.

Selesai sholat, aku beranjak ke beranda rumah. Di beranda, Aku tertegun di depan sebuah kalender bergambar pemandangan alam yang hijau ranau di tahun 1980-an. Aku tatap gambar itu, sebuah gambar pemandangan yang tidak mungkin ditemukan lagi di zaman ini. Kemudian, aku balik kalender itu, karena bulan sudah berganti. Sekarang terpampang gambar lain, gambar sungai yang mengalir jernih membelah sebuah lembah berhutan lebat. Itu juga foto tahun 1980-an. Di bawah gambar itu sekarang tertera Bulan November Tahun 2050. Di zaman ini, gambar kalender yang paling indah memang gambar pemandangan alam semesta yang hijau alami.

Ya, ini tahun 2050. Di zaman ini, kehidupan manusia sangat berat, karena berhadapan dengan berbagai ancaman bencana lingkungan. Manusia zaman ini kembali berupaya keras untuk memperbaiki berbagai kerusakan lingkungan yang sudah amat parah. Zaman ini, tanggal yang paling disakralkan bukan lagi tanggal 17 Agustus, tapi tanggal 28 November, yaitu Hari Menanam Indonesia. Karena tanggal itu, dianggap sebagai momentum yang paling penting untuk menyelamatkan sisa-sisa kehidupan manusia di Bumi Indonesia ini. Memerdekakan Indonesia dari teror kiamat lingkungan.

Di zaman ini, profesi paling mulia adalah penanam pohon. Mereka menjadi andalan untuk kembali memperbanyak tumbuhnya pepohonan. Pohon-pohon yang diharapkan kembali menjadi sumber penghasil dan perlindungan air. Ya, air, sumber kehidupan. Sesuatu yang sudah sangat langka di zaman ini.

Aku kembali merenung, mengenang masa lalu. Renungan yang selalu berujung penyesalan. Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun. Semua sangat berbeda. Masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di lingkungan sekitar. Setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya. Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang dibasahi dengan minyak mineral.

Dahulu, rambut yang indah adalah kebanggaan, terutama bagi kaum perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air.

Dahulu, para ayah sambil bermain gembira dengan anak-anak mereka, mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja. Sekarang, bahkan mobilpun tak banyak lagi digunakan, karena sulit mendapatkani air untuk mengisi radiatornya.

Aku masih ingat, dahulu seringkali ada pesan yang mengatakan: ”JANGAN MEMBUANG BUANG AIR” . Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas. Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering.

Zaman ini, pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya. Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis.

Dahulu, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya bisa minum segelas air setiap hari. Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah. Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air untuk membersihkan kotoran.

Manusia di zaman ini kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun.

Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar.
Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang. Morphology manusia mengalami perubahan...…yang menghasilkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi.

Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata.

Disini, ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam. Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi.

Sejak zaman mudaku, sebenarnya telah banyak peringatan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Berbagai gerakan penghijauan dan penanaman tidak di gubris dengan serius oleh manusia-manusia di zaman mudaku. Semua hanya sebatas hura-hura dan seremonial belaka. Pohon yang ditanam tidak pernah dipelihara.

Ketika anak-anak di zaman ini bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku juga menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu. kemudian, mereka bertanya: "hai orang tua, kenapa tidak ada air lagi sekarang??

Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokannku. Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian... dan banyak orang segenerasiku juga berperilaku sama! Kami berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukannya dengan bersungguh-sungguh.

Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya. Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir.

Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi ... Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini!

..........................
.........

Kring...kring....kring....
Alarm di HP ku berdering gaduh. Aku terjaga. Astaga..aku mimpi jadi orang tua yang masih hidup di tahun 2050... Alhamdulillaah, semua cuma mimpi...

Tapi semua kondisi sebagaimana mimpi itu bukan sesuatu yang tak mungkin terjadi. Kondisi itu malah sudah mulai kita rasakan saat ini. Jadi, sebelum terlambat, marilah kita menjadi generasi yang peduli dengan alam. Kita harus mewariskan alam semesta ini dalam kondisi utuh demi terselamatkannya anak cucu kita kelak dari kiamat lingkungan.

Sudah banyak sarana untuk ikut terlibat aktif dalam upaya melestarikan lingkungan. Dan tahun 2009 ini, salah satunya adalah program yang dimotori oleh Departemen Kehutanan, yaitu ONE MAN ONE TREE.
Ya, satu orang satu pohon. Berarti tahun 2009 ini Indonesia ingin menanam 230 juta pohon untuk dunia. Sudahkah anda ikut menanam??

SALAM RIMBAWAN


(beberapa kalimat dalam tulisan di atas adalah adaptasi dari Translation in free bahasa oleh Yuliana Suliyanti, Aug 2007 atas Publikasi Majalah "Crónica de los Tiempos" April 2002)

Tidak ada komentar: